Jatigembol - Pada tanggal 18 November 2024, di Aula Kantor Desa Jatigembol, diadakan sosialisasi kesehatan reproduksi yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya Pasangan Usia Subur (PUS) yang beresiko. Sosialisasi ini diisi oleh Bu Nanik, yang juga merupakan penanggung jawab program Keluarga Berencana (KB) di desa tersebut.
Bu Nanik menjelaskan pentingnya pernikahan dalam konteks mendapatkan keturunan yang sehat dan berkualitas. Menurutnya, tujuan utama menikah salah satunya adalah untuk melahirkan generasi penerus yang sehat secara fisik dan mental. Oleh karena itu, pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam sosialisasi ini, Bu Nanik juga memaparkan berbagai jenis metode KB serta perbedaannya. Ada dua jenis utama KB yaitu KB hormonal dan non-hormonal. Metode KB hormonal meliputi pil KB, suntik KB, dan implan. Pil KB harus diminum setiap hari dan efektif selama pil tersebut diminum sesuai petunjuk. Suntik KB biasanya diberikan setiap 1 atau 3 bulan tergantung jenisnya, sementara implan bisa bertahan hingga 3 tahun. Metode non-hormonal meliputi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR atau IUD), kondom, dan sterilisasi. IUD dapat bertahan antara 5 hingga 10 tahun tergantung jenisnya, kondom digunakan setiap kali berhubungan seksual, dan sterilisasi adalah metode permanen.
Bu Nanik juga menekankan pentingnya mengetahui batas maksimal penggunaan metode KB tertentu. Misalnya, untuk pil KB dan suntik KB, disarankan untuk berkonsultasi secara rutin dengan tenaga medis untuk memastikan efektivitas dan memantau efek samping yang mungkin timbul. Penggunaan jangka panjang KB hormonal perlu diawasi agar tidak melebihi batas maksimal yang direkomendasikan oleh dokter.
Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga, serta membantu Pasangan Usia Subur dalam memilih metode KB yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.