Jatigembol, 21 Juni 2025 — Puskesmas Kedunggalar Kabupaten Ngawi menyelenggarakan kelas ibu hamil "Bunda Smart" yang berfokus pada topik kesehatan mental perinatal—yaitu kondisi psikologis ibu selama masa kehamilan dan setelah persalinan. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Jatigembol dan dihadiri oleh para ibu hamil, kader Posyandu, dan bidan desa, Erna Subijati. Sebagai narasumber, hadir Bu Muji yang memberikan materi mendalam namun mudah dicerna oleh peserta dari berbagai latar belakang.
Bu Muji menjelaskan bahwa gangguan mental perinatal, seperti depresi antenatal (depresi selama kehamilan) dan depresi postpartum (depresi setelah melahirkan), merupakan kondisi yang sering terjadi namun masih jarang dikenali. “Gejala umum bisa berupa rasa cemas berlebihan, mudah menangis, sulit tidur, atau merasa tidak sanggup menjalani peran sebagai ibu,” jelasnya.
Berdasarkan data nasional, sekitar 12,6% ibu hamil dan 10,1% ibu pasca melahirkan mengalami gangguan kesehatan jiwa. Khusus untuk depresi, prevalensinya mencapai 7,9% selama kehamilan dan 5,9% setelah melahirkan. Angka ini menunjukkan bahwa kondisi psikologis ibu sama pentingnya dengan kondisi fisik selama masa kehamilan dan menyusui.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan skrining kesehatan jiwa sebagai bagian dari pelayanan antenatal yang sesuai standar. Skrining ini bukan alat diagnosis, melainkan alat bantu untuk mengenali sinyal awal gangguan psikologis. Bagi ibu, ini menjadi sarana refleksi dan kesadaran diri, sedangkan bagi tenaga kesehatan, skrining ini membantu dalam memberikan intervensi tepat waktu.
“Menjaga kesehatan mental ibu bukan hanya demi kebaikan sang ibu, tapi juga demi perkembangan emosional dan tumbuh kembang anak yang optimal,” tambah Bu Muji. Ia menekankan bahwa dukungan dari keluarga, lingkungan, dan tenaga kesehatan sangat menentukan proses pemulihan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi masyarakat untuk lebih terbuka terhadap isu-isu psikologis dalam kehamilan, serta memperkuat peran desa sebagai ruang edukasi yang ramah dan inklusif.